Media Pembelajaran
Rabu, 23 Agustus 2017
Jumat, 31 Maret 2017
TUGAS TERSTRUKTUR II
1. Buatlah video pendek berdurasi tiga menit secara berkelompok tentang percobaan kimia untuk jenjang SMA !
2. Buatlah alat peraga sederhana dengan memanfaatkan bahan bekas untuk kegiatan pembelajaran kimia jenjang SMP !
Jawab :
1. untuk tugas pertama, yaitu mengenai pembuatan video berdurasi pendek tentang percobaan sederhana di SMA, kelompok kami melalukan percobaan mengenai KOLOID. Dimana kami menggunakan sabun dan minyak untuk menciptakan hasil akhir yang berupa koloid. Seperti yang kita ketahui, bahwa minyak dan air sulit untuk menyatu. akan tertapi dengan ditambahkannya sabun, minyak akan larut dalam air dan juga sabun. untuk lebih jelasnya dapat di lihat video percobaan kami pada link berikut :
2. untuk pembuatan alat peraga pada siswa SMP. kami membuat alat peraga berupa serangkaian bahan bekas. dengan konsep utama yaiitu untuk menerangkan hukum Gays-Lussac.
untuk lebih lengkapnya klik link berikut :
Minggu, 05 Maret 2017
PRESENTASI E-LEARNING KIMIA HASIL PENGEMBANGAN
pada presentasi E-Learning kami menggunakan sebuah website berbasis pendidikan yang dapat kami gunakan untuk mempersentasikan E-Learning yang kami buat. keunggulannya yaitu lebih mudah diproses dan juga lebih cepat untuk mengakses materi. berikut cuplikan E-Learning yang kami buat :
tampilan awal setelah login
untuk lebih lengkapnya dapat dilihat di: https://yultariramadani.neolms.com/student_forum/list/655234
Minggu, 26 Februari 2017
PRESENTASE MULTIMEDIA PEMBELAJARAN KIMIA HASIL PENGEMBANGAN
Asam dan
basa sangat erat kaitannya dalam kehidupan kita, didalam tubuh manusia juga
terdapat keseimbangan asam basa untuk beradaptasi dan tetap menjaga fungsinya
dengan baik. Contohnya saja seperti asam lambung yang dapat membunuh
mikroorganisme yang terdapat pada makanan yang kita konsumsi. Begitu juga
dengan gaya hidup kita sehari-hari sangat sering dihadapkan dengan asam basa
tersebut, seperti asam cuka, minuman bersoda, jeruk, aki bersifat asam.
Sedangkan sabun dan bahan pembuatan pupuk yang bersifat basa. Beberapa hewan
tertentu juga mempertahankan diri dengan menghasilkan basa, seperti sengatan
tawon.
Teori Asam-Basa dikemukakan oleh beberapa ilmuwan, salah satunya
adalah Teori Arrheniusyang mengatakan Asam adalah
suatu sifat yang mana berupa senyawa yang dapat melepas ion hidrogen (H+) jika
dilarutkan dalam air, Sedangkan basa merupakan suatu sifat
yang mana berupa senyawa yang dapat melepas ion hidroksida (OH-) jika
dilarutkan dalam air. Reaksi asam basa (reaksi penetralan) adalah reaksi
pembentukan H2O dari ion-ion H+ dan OH-.
Dalam kesempatan kali ini, saya akan menampilkan hasil
pembelajaran kelompok saya tentang reaksi asam-basa, beserta hasil percobaan
sederhana yang kami lakukan mengenai Reaksi Asam-Basa. Percobaan yang kami
lakukan adalah tentang “SIMULASI GUNUNG
BERAPI”. Berikut sekilas materi tentang Reaksi Asam-Basa.
Untuk materi lebih
lengkapnya dan video berkaitan dengan percobaan yang dilakukan, dapat dilihat
pada : https://www.youtube.com/watch?v=dIQUJofQNyo
Kamis, 16 Februari 2017
PENGEMBANGAN E-LEARNING DALAM PEMBELAJARAN KIMIA
PENGEMBANGAN E-LEARNING DALAM PEMBELAJARAN KIMIA
Pada era modern seperti sekarang ini, perkembangan teknologi melesat cepat. Perkembang teknologi ini tak pelak mengubah berbagai aspek kehidupan masyarakat. Program pengembangan media dalam pembelajaranpun turut serta berpacu dalam perkembangan zaman. Media pembelajaran menjadi sangat penting dalam menunjang proses dan hasil belajar mahasiswa disamping aspek kemandirian yang menjadi satu keunggulan dalam jenjang pendidikan sekolah vokasi. Pengembangan inovasi pembelajaran student centerred learning (SCL) dengan media pembelajaran berbasis teknologi informasi dapat diterapkan dalam matakuliah ini. Penelitian ini dikembangkan kombinasi metode SCL melalui pembelajaran kooperatif dengan pendekatan student teams achievement division (STAD) dan e-learning dengan dan tanpa media pembelajaran e-modulinteraktif.
Pengertian e-learning pada umumnya terfokus pada cakupan media atau teknologinya. E-learning menurut Gilbert & Jones dalam Surjono (2007) adalah suatu pengiriman materi pembelajaran melalui suatu media elektronik, seperti internet, intranet/ekstranet, satelite broadcast , audio/video, TV interaktif, CD-ROM dan computer based training (CBT). E-learning juga diartikan sebagai seluruh pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN atau Internet) untuk membantu interaksi dan penyampaian materi selama proses pembelajaran (Kumar, 2006). Urdan dan Weggen menyatakan e-learning sebagai suatu pengiriman materi melalui semua media elektronik, termasuk internet, intranet, siaran radio satelit, alat perekam audio/video, TV interaktif, dan CD-ROM (Anderson, 2005).
Pengertian e-learning berbeda dengan pembelajaran secara online (online learning) dan pembelajaran jarak jauh (distance learning). Online learning merupakan bagian dari e-learning , hal ini seperti yang dinyatakan oleh Australian National Training Authority bahwa e-learning merupakan suatu konsep yang lebih luas dibandingkan online learning, yaitu meliputi suatu rangkaian aplikasi dan proses-proses yang menggunakan semua media elektronik untuk membuat pelatihan dan pendidikan vokasional menjadi lebih fleksibel. Online learning adalah suatu pembelajaran yang menggunakan internet, intranet dan ekstranet, atau pembelajaran yang menggunakan jaringan komputer yang terhubung secara langsung dan luas cakupannya (global). Sedangkan distance learning, cakupannya lebih luas dibandingkan e-learning , yaitu tidak hanya melalui media elektronik tetapi bisa juga menggunakan media non-elektronik. Distance learning lebih menekankan pada ketidakhadiran pendidik setiap waktu. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan secara umum e-learning dapat diartikan sebagai pembelajaran yang memanfaatkan atau menerapkan teknologi informasi dan komunikasi. E-learning adalah kegiatan belajar yang menggunakan internet yang dapat dikombinasikan dengan kegiatan tatap muka yang ada di lembaga pendidikan.
Beberapa ahli mengemukakan bahwa istilah “e-learning” mengacu pada penggunaan teknologi internet untuk menyajikan sejumlah pilihan solusi yang sangat luas yang mengarahkan pada peningkatan pengetahuan. Sehingga menurut beberapa ahli yaitu Mary Daniels Brown dan Dave Feasey (2001) sebagaimana dikutip oleh Siahaan (2005: 66) mengemukakan bahwa e-learning adalah bentuk kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan jaringan, seperti: internet, Local Area Network (LAN), atau Wider Area Network (WAN) sebagai metode penyampaian, interaksi, dan fasilitasi, serta didukung oleh berbagai layanan belajar lainnya. E-learning mempermudah interaksi antara siswa dengan bahan/materi pelajaran. Demikian juga interaksi antara siswa dengan guru maupun antara sesama siswa. Siswa dapat saling berbagi informasi atau pendapat mengenai berbagai hal yang menyangkut pelajaran ataupun kebutuhan pengembangan diri siswa. Guru dapat menempatkan bahan-bahan belajar dan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa di tempat tertentu di dalam web untuk diakses oleh para siswa.
Dari sudut pandang siswa Dengan kegiatan e-learning dimungkinkan berkembangnya fleksibilitas belajar yang tinggi, artinya siswa dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang kali. Siswa juga dapat berkomunikasi dengan guru setiap saat, dengan kondisi yang demikian ini siswa dapat lebih memantapkan penguasaannya terhadap materi pembelajaran.
Berdasarkan teknologi informatika yang digunakan, e-learning kemudian dikelompokkan berdasarkan basis teknologi, yaitu sebagai berikut:
1. Computer Based Training (CBT). Sistem CBT ini mulai berkembang di tahun 80-an dan masih berkembang terus sampai sekarang. Hal ini ditunjang antara lain oleh perkembangan sistem animasi yang kian menarik dan realistis (misalnya aiatem animasi 3 Dimension).
2. Web Based Training (WBT). Sistem ini merupakan perkembangan lanjutan dari CBT dan berbasis teknologi internet. Sehingga dengan menggunakan konsep ini, dapat terjadi komunikasi dua arah antar pengguna. Namun lancarnya proses belajar dengan menggunakan sistem ini bergantung kepada infrastruktur jaringan kecepatan tinggi. Kendala penerapan konsep ini terletak pada kenyataan bahwa jaringan internet di negara kita masih belum merata. Pada dasarnya,terdapat 3 alternatif model kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih, yakni: a. Sepenuhnya secara tatap muka (konvensional) b. Sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet c. Sepenuhnya melalui internet. Salah satu komponen WBT yang sangat digemari adalah video-conferencing, yaitu dimana siswa dan guru dapat langsung mendiskusikan semua hal tanpa harus bertemu muka secara langsung. Sistem ini berkembang pesat di negara-negara maju dan dapat dimanfaatkan sebagai alat belajar mengajar di virtual classes ataupun virtual universities
Dalam sudut pandang guru, ada beberapa manfaat yang diperoleh guru, instruktur antara lain adalah bahwa guru, instruktur dapat :
- Lebih mudah melakukan pemutakhiran bahan -bahan belajar yang menjadi tanggung-jawabnya sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang terjadi.
- Mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna peningkatan wawasannya karena waktu luang yang dimiliki relatif lebih banyak.
- Mengontrol kegiatan belajar siswa. Bahkan guru atau instruktur juga dapat mengetahui kapan siswanya belajar, topik apa yang dipelajari, berapa lama sesuatu topik dipelajari, serta berapa kali topik tertentu dipelajari ulang.
- Mengecek apakah siswa telah mengerjakan soal-soal.
- Latihan setelah mempelajari topik tertentu, dan memeriksa jawaban siswa dan memberitahukan hasilnya kepada siswa.
Seiring perkembangan teknologi internet, metode e-learning mulai dikembangkan. MOODLE adalah sebuah nama untuk sebuah program aplikasi yang dapat mengubah sebuah media pembelajaran kedalam bentuk web. Aplikasi ini memungkinkan siswa untuk masuk kedalam “ruang kelas” digital untuk mengakses materi-materi pembelajaran. Dengan menggunakan MOODLE, kita dapat membuat materi pembelajaran, kuis, jurnal elektronik dan lain-lain. MOODLE itu sendiri adalah singkatan dari Modular Object Oriented Dynamic Learning Environment.
Pembelajaran kimia pada umumnya hanya terbatas pada penggunaan bahan ajar berupa buku teks dan LKS sehingga siswa kurang dapat memahami konsep mikroskopik. Lemahnya interaksi antara guru dengan siswa serta kecepatan belajar siswa yang seringkali dianggap sama juga merupakan kendala dalam pembelajaran kimia, maka dari itu usaha-usaha peningkatan kualitas pembelajaran kimia saat ini terus dilakukan, termasuk peningkatan kualitas bahan ajar dan diversifikasi media pembelajaran. Peningkatan kualitas bahan ajar dan diversifikasi media pembelajaran diharapkan mampu mengakomodir kebutuhan siswa dalam menghadapi era teknologi informasi dan komunikasi dengan tidak meninggalkan faktor pemahaman dan keterampilan siswa dalam proses pembelajaran kimia. Teknologi informasi dan komunikasi seharusnya menjadi alat sehari-hari dalam kegiatan belajar dan membelajarkan (Sitepu, 2008).
Kimia sebenarnya sangat menarik untuk dipelajari tetapi terkadang sulit untuk dipahami. Guru harus mampu memilih metode pengajaran yang sesuai, sehingga kimia menjadi mata pelajaran yang menyenangkan untuk dipelajari. Hal ini sudah dibuktikan melalui penelitian Budhiarso (2006) mengungkapkan bahwa pembelajaran kimia SMA dengan media e-learning memberikan hasil yang baik dalam upaya meningkatkan hasil belajar kimia siswa SMA kelas XI materi Sistem Koloid. Pada kelompok kelas eksperimen rata-rata hasil post-testyang diperoleh mencapai 63,86 sedangkan pada kelompok kelas kontrol yang menggunakan metode pembelajaran konvensional, rata-rata hasil post-test hanya 52,46. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ada pengaruh positif penggunaan metode e-learning terhadap hasil belajar siswa.
Anderson, B. 2005. Strategic e-learning implementation. Educational Technology & Society
http://jurnalonline.um.ac.id/data/artikel/artikel0ADB974A17C918410F24FF87FA00E2EE.pdf
http://www.jisc.ac.uk/elearning_pedagogy.html
JISC.2004, Efective Practice with e-Learning, A good practice guide in designing for learning. Bristol: HEFCE.
Kojhani, Sureash Kumar. 2004. Elearning and Its Advantage. Presentasi pada Wokrshop tentang Web Enabling Technologies & Strategies for Scientific Elearning
Nedelko, Z. 2008. Participants Characteristics for E-learning. http://www.g-cass.com.
Sitepu, B.P. 2008. Pengembangan Sumber Belajar. Jurnal Pendidikan Penabur, (Online), 11 (7) : 7992,(http://www.bpkpenabur.or.id/files/Hal.%207992%20Pengembangan%20Sumber%20Belaar.pdf),
http://www.kampus-digital.com/2017/02/implementasi-e-learning-pada.html
Sabtu, 11 Februari 2017
TUGAS TERSTRUKTUR
1. Menurut cognitive theory of multimedia learning bahwa ada
tiga asumsi utama yang dijadikan acuan dalam merancang suatu multimedia
pembelajaran. Jelaskan ketiga asumsi tersebut dengan memberikan contoh
masing-masing media yang relevan untuk pembelajaran kimia.
Jawab :
Tiga asumsi yang mendasari teori kogitif tentang multimedia
learning, yakni: dual-channel (saluran ganda), limited-capacity (kapasitas
terbatas), dan active-processing (pemrosesan-aktif).
a. Asumsi saluran-ganda (dual-channel assumption)
Manusia menggunakan kanal pemrosesan informasi terpisah
yakni untuk informasi yang disajikan secara visual dan informasi yang disajikan
secara auditif. Pemrosesan informasi terjadi dalam tiga tahap. Pertama,
informasi memasuki sistem pemrosesan informasi baik melalui kanal visual maupun
melalui kanal auditif. Kedua, informasi-informasi ini kemudian diproses secara
terpisah tetapi bersamaan di dalam memori kerja (working memory), di mana
isyarat tutur (speech) yang bersifat auditif maupun gambar (termasuk di
dalamnya video) dipilih dan ditata. Kemudian, tahap ketiga, informasi dari
kedua kanal tersebut disatukan dan
dikaitkan dengan informasi lain yang telah tersimpan di dalam memori jangka
panjang. Tahap ketiga inilah yang bertanggungjawab mengenai bagaimana informasi
yang sama bisa diinterpretasi secara berbeda oleh masing-masing pembelajar.
Penyebabnya adalah pengalaman belajar yang dimiliki oleh masing-masing
pembelajar tidaklah sama.
b. Asumsi
Kapasitas-terbatas (limited-capacity)
Adanya keterbatasan kemampuan manusia memproses informasi
dalam setiap kanal pada satu waktu. Dalam satu sesi presentasi, audiens hanya
bisa menyimpan beberapa informasi visual (gambar, video, diagram, dsb) dan
beberapa informasi tutur (auditif). Asumsi inilah yang mendasari riset dan
teori yang disebut teori beban kognitif (cognitive load theory). Meskipun beban
maksimal tiap individu bervariasi, beberapa penelitian menunjukkan bahawa
rata-rata manusia hanya mampu menyimpan 5-7 ‘potongan’ informasi saja pada satu
saat
c. Asumsi
Pemrosesan aktif (active-processing)
Manusia secara aktif melakukan pemprosesan kognitif untuk
mengkonstruksi gambaran mental dari pengalaman-pengalamannya. Manusia tidak
seperti tape recorder yang secara pasif merekam informasi melainkan secara
terus-menerus memilih, menata, dan mengintegrasikan informasi dengan
pengetahuan yang telah dimilikinya. Hasilnya adalah terciptanya model mental
dari informasi yang tersajikan. Ada tiga proses utama untuk pembelajaran secara
aktif ini, yakni: pemilihan bahan atau materi yang relevan, penataan
materi-materi terpilih, dan pengintegrasian materi-materi tersebut ke dalam
struktur pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Proses ini terjadi di
dalam memori kerja yang terbatas kapasitasnya. Pendeknya, manusia adalah
prosesor aktif yang menalar dan memasuk akalkan setiap informasi yang ada.
Manusia bukan prosesor pasif yang hanya menerima merekam sesuatu dan
menyimpannya di memori dan dapat diputar olah kapan saja.
Dalam pembelajaran kimia kita dapat mengabil contoh : yakni
dengan menggunakan projector pada saat menjelaskan materi tentang senyawa
aromatic dengan aplikaasi tertentu, kemudian pendidikan menjelaskan secara
verbal, maka terjadilah proses penerimaan yang bai oleh pesert didik, baik
visual maupun verbal .
contoh media yang relevan dalam pembelajaran kimia adalah
powerpoint ataupun video pembelajaran. dimana dalam menentukan media apa yamg
tepat juga disesuaikan dengan materi yang hendak disampaikan. diperhatikan juga
karakteristik semua peserta didik dan ketersediaan alat, bahan dan teknologi
yang mendukung. misalnya dalam materi struktur atom, media yang dapat digunakan
adalah penampilan power point gambar struktur atom dimana dalam menerapkannya diperhatikan
juga mengenai prinsip dasar multimedia dan teori pemrosesan informasi agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
2. Jelaskan bagaimana teori dual coding dapat diadaptasikan
dalam menyiapkan suatu multimedia pembelajaran kimia.
Jawab :
Teori dual coding yang dikemukakan Allan Paivio menyatakan
bahwa informasi yang diterima seseorang diproses melalui salah satu dari dua
channel, yaitu channel verbal seperti teks dan suara, dan channel visual
(nonverbal image) seperti diagram, gambar, dan animasi. Kedua channel ini dapat
berfungsi baik secara independen, secara paralel, atau juga secara terpadu
bersamaan. Kedua channel informasi tersebut memiliki karakteristik yang
berbeda. Channel verbal memroses informasi secara berurutan sedangkan channel
nonverbal memroses informasi secara bersamaan (sinkron) atau paralel.
Teori dual coding mengidentifikasi tiga cara pemrosesan
informasi, yaitu:
a. pengaktifan
langsung representasi verbal atau piktorial,
b. pengaktifan representasi verbal oleh piktorial atau
sebaliknya
c. pengaktifan
secara bersama-sama representasi verbal dan piktorial.
Teori dual coding ini jika dikaitkan dengan bagaimana
seseorang memroses suatu informasi baru, dapat dinyatakan bahwa teori ini
mendukung pendapat yang menyatakan seseorang belajar dengan cara menghubungkan
pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya (prior
knowledge). Peneliti berpendapat bahwa seorang tenaga pemasaran yang memiliki
masa kerja lebih lama juga memiliki prior knowledge yang lebih banyak dibandingkan
dengan mereka yang memiliki masa kerja lebih pendek, sehingga dapat diharapkan
bahwa para tenaga pemasaran yang memiliki masa kerja lebih lama akan lebih
mudah memahami informasi baru yang disampaikan.
Teori Dual Coding juga menyiratkan bahwa seseorang akan
belajar lebih baik ketika media belajar yang digunakan merupakan perpaduan yang
tepat dari channel verbal dan nonverbal (Najjar, 1995). Sejalan dengan
pernyataan tersebut, peneliti berpendapat bahwa ketika media belajar yang
digunakan merupakan gabungan dari beberapa media maka kedua channel pemrosesan
informasi (verbal dan nonverbal) dimungkinkan untuk bekerja secara paralel atau
bersama-sama, yang berdampak pada kemudahan informasi yang disampaikan terserap
oleh pembelajar.
Jumat, 10 Februari 2017
TEORI PEMPROSESAN INFORMASI BERBANTUAN MEDIA
Proses berpikir merupakan proses kompleks dan tidak dapat
dilihat secara langsung bagaimana otak bekerja dan informasi di olah. Informasi
yang diterima melalui alat indera akan dipersepsikan oleh bagian-bagian yang
berfungsi secara khusus. Model pembelajaran pemrosesan informasi adalah model
pembelajaran yang menitikberatkan pada aktivitas yang terkait dengan kegiatan
proses atau pengolahan informasi untuk meningkatkan kapabilitas siswa melalui
proses pembelajaran.
Informasi adalah pesan (ucapan atau ekspresi) atau kumpulan
pesan yang terdiri dari order sekuens dari simbol, atau makna yang dapat
ditafsirkan dari pesan atau kumpulan pesan. Informasi dapat direkam atau
ditransmisikan. Hal ini dapat dicatat sebagai tanda-tanda, atau sebagai sinyal
berdasarkan gelombang. Informasi adalah jenis acara yang mempengaruhi suatu
negara dari sistem dinamis. Para konsep memiliki banyak arti lain dalam konteks
yang berbeda. Informasi bisa di katakan
sebagai pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran, pengalaman, atau
instruksi. Namun, istilah ini memiliki banyak arti bergantung pada konteksnya,
dan secara umum berhubungan erat dengan konsep seperti arti, pengetahuan,
negentropy, Persepsi, Stimulus, komunikasi, kebenaran, representasi, dan
rangsangan mental.
Dalam beberapa hal pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa
tertentu atau situasi yang telah dikumpulkan atau diterima melalui proses
komunikasi, pengumpulan intelejen, ataupun didapatkan dari berita juga
dinamakan informasi. Informasi yang berupa koleksi data dan fakta seringkali
dinamakan informasi statistik. Dalam bidang ilmu komputer, informasi adalah
data yang disimpan, diproses, atau ditransmisikan. Penelitian ini memfokuskan
pada definisi informasi sebagai pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran,
pengalaman, atau instruksi dan alirannya.
Informasi adalah data yang telah diberi makna melalui
konteks. Sebagai contoh, dokumen berbentuk spreadsheet (semisal dari Microsoft
Excel) seringkali digunakan untuk membuat informasi dari data yang ada di
dalamnya. Laporan laba rugi dan neraca merupakan bentuk informasi, sementara
angka-angka di dalamnya merupakan data yang telah diberi konteks sehingga
menjadi punya makna dan manfaat.
Pemrosesan informasi untuk memindahkan informasi dari memori jangka pendek ke dalam memori jangka panjang disebut pengkodean atau encoding. Sementara itu, menyimpan informasi dalam memorijangka panjang tidak ada gunanya kecuali dapat ditemukan cara untuk mengaktifkan dan memanggil kembali informasi tersebut. Pemrosesan Informasi merujuk pada cara mengumpulkan/menerima stimuli dari lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan konsep, dan menggunakan simbol verbal dan visual.
Pembelajaran berbantuan media dapat diartikan sebagai
aplikasi media yang digunakan dalam proses pembelajaran, untuk menyalurkan
pesan (pengetahuan, keterampilan dan sikap) serta dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan kemau-an belajar sehingga terjadi proses belajar yang
sesuaitujuan dan terkendali asumsi yang mendasari teori kognitiftentang
multimedia learning, yakni dual-channel (saluran ganda), limited capacity
(kapasitas terbatas), dan
active-processing (pemrosesan aktif). Asumsi saluran ganda (dual-channel
assumption) menyatakan bahwa manusia memiliki saluran terpisah bagi pemrosesan
informasi untuk materi visual dan materi auditori. Informasi berupa kata-kata
diterima oleh mata dan telinga, sedangkan gambar diterima oleh mata yang
merupakan memori sensorik. Setelah diseleksi oleh memori sensorik, informasi
diteruskan ke memori kerja. Di dalam memori kerja, informasi diorganisasikan
untuk diintegrasikan yang selanjutnya diteruskan ke memori jangka panjang.
Model belajar pemrosesan
informasi ini sering
pula disebut model
kognitif information processing, karena dalam proses belajar ini
tersedia tiga taraf struktural sistem informasi, yaitu:
- Sensory atau intake register: informasi masuk ke sistem melalui sensory register, tetapi hanya disimpan untuk periode waktu terbatas. Agar tetap dalam sistem, informasi masuk ke working memory yang digabungkan dengan informasi di long-term memory.
- Working memory: pengerjaan atau operasi informasi berlangsung di working memory, dan di sini berlangsung berpikir yang sadar. Kelemahan working memory sangat terbatas kapasitas isinya dan memperhatikan sejumlah kecil informasi secara serempak.
- Long-term memory, yang secara potensial tidak terbatas kapasitas isinya sehingga mampu menampung seluruh informasi yang sudah dimiliki peserta didik. Kelemahannya adalah betapa sulit mengakses informasi yang tersimpan di dalamnya.
Dalam mengartikan penyampaian informasi dengan multimedia
perlu dibedakan apa yang disebut dengan media pengantar, desain pesan, serta kemampuan sensorik. Media pengantar
mengacu pada sistem yang dipakai untuk menyajikan informasi, misalnya media
berbasiskan media cetakan atau media berbasiskan komputer. Desain pesan mengacu
pada bentuk yang digunakan untuk menyajikan informasi, misalnya pemakaian
animasi atau teks audio. Kemampuan
sensorik mengacu pada jalur pemrosesan informasi yang dipakai untuk memproses
informasi yang diperoleh, seperti proses penerimaan informasi visual atau
auditorial. Sebagai contoh, suatu paparan tentang bagaimana sistem sesuatu alat
bekerja dapat dipresentasikan melalui teks tertulis dalam buku atau melalui
teks di layar komputer (dua media yang berbeda), dalam bentuk rangkaian
kata-kata atau kombinasi kata-kata dan gambar (dua desain pesan yang berbeda),
atau dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan (dua sensorik yang berbeda).
Sebenarnya istilah desan pesan mengacu pada proses manipulasi, atau rencana
manipulasi dari sebuah pola tanda yang
memungkinkan untuk mengkondisi
pemerolehan informasi. Penelitian telah menemukan bukti bahwa desain pesan yang berbeda pada
multimedia instruksional mempengaruhi kualitas performansi (Pranata, 2004).
Beberapa teori yang melandasi perancangan desain pesan multimedia instruksional ialah
teori pengkodean ganda, teori muatan
kognitif, dan teori pemrosesan ganda. Menurut teori pengkodean ganda manusia
memiliki sistem memori kerja yang terpisah untuk informasi verbal dan informasi
visual, memori kerja terdiri atas memori kerja visual dan memori kerja auditori. Teori muatan kognitif
menyatakan bahwa setiap memori kerja memiliki kapasitas yang terbatas.
Sedangkan teori pemrosesan ganda menyatakan bahwa penyampaian informasi lewat
multimedia instruksional baru bermakna jika informasi yang diterima diseleksi
pada setiap penyimpanan, diorganisasikan ke dalam representasi yang
berhubungan, serta dikoneksikan dalam tiap penyimpanan Temuan-temuan penelitian
(Pranata, 2004) telah menguji kebenaran teori pengkodean ganda (dual-coding
theory): terdapat dua buah saluran pemrosesan informasi yang independent yaitu
pemrosesan informasi visual (atau memori kerja visual) dan pemrosesan informasi
verbal (atau memori kerja verbal); kedua memori kerja tersebut memiliki
kapasitas yang terbatas untuk memroses informasi yang masuk. Hal terpenting
yang dinyatakan oleh teori muatan kognitif adalah sebuah gagasan bahwa
kemampuan terbatas memori kerja, visual maupun auditori, seharusnya menjadi
pokok pikiran ketika seseorang hendak mendesain sesuatu pesan multimedia.
Beberapa model telah dikembangkan di antaranya oleh Gagne
(1984), Gage dan Berliner (1988) serta Lefrancois, yang terdiri atas tiga macam
ingatan yaitu: sensory memory atau Ingatan Inderawi (II), Ingatan Jangka Pendek
(IJPd) atau short-term/working memory, Ingatan Jangka Panjang (IJPj) atau
long-term memory. Berdasar ketiga model tersebut dapat dikembangkan diagram
pemrosesan informasi berikut ini:
- Ingatan Inderawi (II)
2.Ingatan Jangka Pendek (IJPd)
Suatu informasi baru yang mendapat perhatian
siswa, tentunya akan berbeda dari informasi yang tidak mendapatkan perhatian
dari mereka. Suatu informasi baru yang mendapat perhatian seorang siswa lalu
terkategori sebagai IJPd sebagaimana dinyatakan Gage dan Berliner (1988, p.285)
berikut: “When we pay attention to a stimulus, the informations represented by
that stimulus goes into short-term memory or working memory.” Jelaslah bahwa
IJPd adalah setiap Ingatan Inderawi yang stimulusnya mendapat perhatian dari
seseorang. Dengan kata lain, IJPd tidak akan terbentuk di dalam otak siswa
tanpa adanya perhatian dari siswa terhadap informasi tersebut. IJPd ini menurut
Lefrancois dapat bertahan relatif jauh lebih lama lagi, yaitu sekitar 20 detik.
Sebagai akibatnya, pengetahuan tentang perbedaan antara kedua ingatan ini lalu
menjadi sangat penting untuk diketahui para guru dan diharapkan akan dapat
dimanfaatkan selama proses pembelajaran di kelasnya. Sekali lagi, perhatian
para siswa terhadap informasi atau masukan dari para guru akan sangat
menentukan diterima tidaknya suatu informasi yang disampaikan para guru
tersebut. Karenanya, untuk menarik perhatian para siswa terhadap bahan yang
disajikan, di samping selalu memotivasi siswanya, seorang guru pada saat yang
tepat sudah seharusnya mengucapkan kalimat seperti: “Anak-anak, bagian ini
sangat penting.” Tidak hanya itu, aksi
diam seorang guru ketika siswanya ribut, mencatat hal dan contoh penting di
papan tulis, memberi kotak ataupun garis bawah dengan kapur warna untuk materi
essensial, menyesuaikan intonasi suara dengan materi, memukul rotan ke meja,
sampai menjewer telinga merupakan usaha-usaha yang patut dihargai dari seorang
guru selama proses pembelajaran untuk menarik perhatian siswanya. Namun hal
yang lebih penting lagi adalah bagaimana menumbuhkan kemauan dan motivasi dari
dalam diri siswa sendiri, sehingga para siswa akan mau belajar dan
memperhatikan para gurunya selama proses pembelajaran sedang berlangsung.
3.Ingatan Jangka Panjang (IJPj)
DAFTAR PUSTAKA
Asri Budingsih. 2002. Belajar dan
Pembelajaran. Yogyakarta: FIP UNY
http://www.penerbitduta.com/read_article/2016/03/model-pemrosesan-informasi-dalam-memori#.WKAFWW997IUhttps://id.wikipedia.org/wiki/Informasi/
https://blogzulkifli.wordpress.com/2011/06/08/teori-pemrosesan-informasi/
Pranata,
Moeljadi. (2004). Efek Redudansi: Desain Pesan Multimedia dan Teori Pemrosesan
Informasi. Jurnal Desain Komunikasi Visual Nirmana Vol. 6, No. 2 Juli 2004.
Langganan:
Postingan (Atom)